Rejang Lebong Beritania.com
Program bedah rumah di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, yang diharapkan menjadi jawaban atas kebutuhan hunian layak, justru berubah menjadi prahara. Salah satu rumah warga di Kecamatan Padang Ulak Tanding kini terbengkalai, sementara pemilik toko bangunan tercekik utang akibat proyek yang mangkrak tanpa kepastian, Selasa, 2/9/2025.
Rumah-rumah yang semula menjadi tempat penuh canda dan kebersamaan keluarga, kini hanya menyisakan bangunan tak selesai. Atap yang menganga, dinding terbengkalai, dan lantai tanah dingin menjadi pemandangan sehari-hari.
“Dulu kami membayangkan rumah yang hangat dan nyaman. Sekarang hanya bisa memandangi bangunan tak selesai dengan hati hancur,” ujar seorang ibu dengan suara bergetar menahan tangis, Selasa, 2/9/2025.
Tidak hanya warga, masalah juga menimpa pemilik toko bangunan yang menjadi penyedia material program ini. Hengki Saputra, pemilik Toko Farel Bangunan di Desa Tanjung Sanai II, mengaku hingga kini belum menerima pembayaran sepeser pun dari pemerintah.
“Sudah bertahun menunggu, tapi pembayaran tak kunjung turun. Saya setiap minggu malu ditagih pemasok karena sebagian besar barang itu milik mereka,” keluh Hengki.
Hengki menuturkan, pada awal program pihaknya ditunjuk sebagai pemenang lelang distribusi material bedah rumah. Sesuai perintah konsultan, material pun dikirimkan. Namun di tengah perjalanan, pemerintah tiba-tiba mengeluarkan edaran penghentian pembangunan.
“Setelah pembangunan dihentikan, saya sudah berulang kali berkoordinasi dengan konsultan maupun Kabid Perkim Rejang Lebong. Tapi hasilnya nihil, semua saling lempar tanggung jawab,” tambahnya.
Menurut Hengki, pihak konsultan menyebut proyek ini sebenarnya sudah jelas dan dinyatakan selesai sesuai hasil pemeriksaan Inspektorat. Namun hingga kini, pembayaran belum juga terealisasi.
Warga bersama pemilik toko hanya bisa berharap ada perhatian serius dari Pemkab Rejang Lebong maupun instansi terkait. Mereka mendesak agar janji bedah rumah tidak berakhir menjadi sekadar puing-puing harapan yang menyakitkan.
Ironisnya, Pemkab Rejang Lebong seakan menutup mata. Warga terpaksa tinggal seadanya, bahkan sebagian memilih menumpang di rumah keluarga atau menginap di kebun. Ancaman pencabutan material bangunan yang sudah terpasang kian menambah beban mereka. (Saw)